Sejarah

Perjalanan Majalah Komunita

Majalah Komunita adalah frasa kata kerja sebagai upaya menjalin kebersamaan dalam menguatkan masa depan pendidikan tinggi yang merupakan ujung tombak bagi kaderisasi generasi muda, corporate-corporate leader, dan entrepreneur masa depan. Makna kata KOMUNITA sebagai nama media merupakan upaya Universitas Widyatama membangun komunikasi, kesetaraan, dan kebersamaan sebagai anggota “komunitas” dalam membangun kecerdasan dan wawasan anak bangsa melalui pendidikan tinggi.

Majalah Komunita lahir, bertepatan dengan peristiwa yang mencakup tiga sisi kemanusiaan, yakni : sisi rohani (pembangunan individu), sisi sosial (pembangunan kelompok), dan sisi kebangsaan (nasionalisme). Pertama, menyongsong bulan ramadhan yang hakikatnya mengendalikan diri dan meninggalkan pekerti sia-sia (tak bernilai). Kedua, menyongsong Ulang Tahun 9th Universitas Widyatama (tahun 2009) yang merupakan reinkarnasi empat Sekolah Tinggi (STIEB, STIBB, STDKV, dan STTW) di bawah naungan Yayasan Widyatama yang dirintis Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoel Kadir SE., MSi., Ak. Ketiga, menyongsong 65 tahun Kemerdekaan Indonesia yang telah menghantarkan bangsa Indonesia dalam wujudnya.

Dalam perjalanannya, majalah Komunita bertransformasi menjadi majalah pendidikan tinggi yang berusaha menjadi rujukan pemikiran, inspirasi, aspirasi dan solusi mendidik terkait isu-isu pendidikan tinggi yang berkembang, sekaligus sebagai salah satu upaya membangun kualitas pendidikan tinggi. Ungkapan kata pemikiran, inspirasi, aspirasi dan solusi adalah komponen penting mengantisipasi dunia pendidikan tinggi yang semakin cepat berubah, khususnya di era disruptif sekarang ini dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Komunita sebagai salah satu sumber informasi pendidikan tinggi terus mendorong peningkatan kualitas pendidikan tinggi dengan karakter Indonesia yang menembus dunia global.

Dihadapan pembaca, majalah Komunita versi media online untuk lebih cepat menyapa pembaca. Tetapi bukan berarti kecepatan, akan lepas dari konteks dan tidak enak disimak. Senantiasa rangkaian “huruf” pada logo KOMUNITA adalah

komitmen, yaitu salah satunya huruf “O” yang melambangkan titik air pengetahuan yang menetes menimbulkan riak gelombang pengetahuan yang melebar, meluas dan berresonansi (filosofi logo Universitas Widyatama).

Transformasi Pertama

Seperti mahluk hidup yang baru terlahir mencoba mengenali, berinteraksi, beradaptasi dengan lingkungan sekitar supaya dapat melebur dan pada akhirnya menjadi bagian dan memiliki nilai tambah tak terpisahkan bagi dunia.

Begitu pula kami. Majalah Komunita, majalah pendidikan tinggi lahir di Bandung.

Layaknya bayi yang baru lahir, kami mencoba mengenali, berinteraksi, beradaptasi dan memperbaiki diri agar pada akhirnya dapat menjadi bagian tak terpisahkan dan memiliki nilai tambah bagi lingkungan pendidikan tinggi pada khususnya dan bagi pembaca khalayak banyak pada umumnya.

Dengan semangat perubahan, kami berusaha melakukan lompatan menjadi jauh lebih baik. Memasuki penerbitan tahun kedua, di edisi tujuh, majalah Komunita berusaha tampil lebih fresh, elegant, stylish, minimalis, desain menarik dan kekinian dalam setting serta layout mulai dari gambar serta foto sampai jenis cetakan huruf. Hal tersebut dilakukan tak lain dan tidak hanya ingin supaya kami lebih dekat dan diterima oleh para pembaca tanpa harus merubah konteks sebagai majalah pendidikan.

Itulah transformasi majalah Komunita yang pertama, khususnya dalam aspek logo, desain cover dan tata letak majalah.

Transformasi Kedua

Dinamika perubahan di era kini mengalami percepatan yang sangat tinggi dipercepat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Di tahun keempat dan memasuki tahun kelima pada edisi #16, majalah Komunita melakukan transformasi kedua. Transformasi kali ini menyangkut dua hal, yakni : 1) menguatkan agar tampilan selalu lebih fresh, elegant, stylish, minimalis, dengan desain menarik dan kekinian dalam setting serta layout; 2) menegaskan dirinya bahwa majalah Komunita adalah majalah pendidikan yang memfokuskan diri pada isu-isu pendidikan tinggi dan perguruan tinggi (PT).

Pendidikan tinggi dalam usia 63 tahun masih banyak menghadapi permasalahan mendasar yang memerlukan sinergi dalam mencari solusi bagi kemaslahatan bangsa dan generasi masa depan. Masalah mendasar pendidikan tinggi dan PT adalah problem relevansi dan mutu yang belum menggembirakan. Pendidikan tinggi belum bisa menjadi faktor penting yang mampu melahirkan enterpreneur dengan orientasi job creating dan kemandirian. Pengangguran terdidik dari hasil pendidikan terus bertambah, problem pengabdian masyarakat dimana PT tersebut berada dirasa kurang responsif, dan berkontribusi terhadap problem masyarakat. PT juga belum sepenuhnya mampu melahirkan lulusan yang memiliki akhlak mulia dan karakter yang kuat (Marzuki Alie).

Perjalanan lebih dari setengah abad (63 tahun) ternyata belum menjadikan pendidikan tinggi kita mendekati harapan semua pihak. Sehubungan dengan itu, kami berusaha lebih intens sesuai dengan peran kami membangun pendidikan tinggi dan perguruan tinggi yang lebih baik, berkualitas, serta memberikan kontribusi bagi harapan masyarakat.

Kami terus mencoba mengenali, berinteraksi, beradaptasi dan memperbaiki diri agar pada akhirnya dapat menjadi bagian tak terpisahkan dan memiliki nilai tambah bagi lingkungan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi pada khususnya, serta bagi

pembaca khalayak pada umumnya. Kami berusaha selalu seiring sejalan, bersinergi dan saling menguatkan dengan semua komponan bangsa mengembangkan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi yang kita cintai. Untuk itu kami hadir pula dalam format digital dihadapan anda.

Transformasi Ketiga

Sains Populer Komunita lahir sebagai upaya menjawab kebijakan “Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Organisasi Penggerak, Guru Penggerak, Transformasi Dana untuk PT, dan Sekolah Penggerak” yang intinya “kolaborasi membangun kualitas pendidikan dan lulusan (berbasis proses, output dan outcome)”. Juga sebagai bentuk kepedulian mendorong semangat, membangun budaya riset dan inovasi, serta sinerginya dengan masyarakat keilmuan, masyarakat industri, dan masyarakat umum. Hal tersebut sebagai kristalisasi diskusi-diskusi intens dengan unit Entrepreneur and Innovation Center/EIC Universitas Widyatama.

Inilah bentuk Transformasi Ketiga majalah Komunita menjawab tantangan yang dihadapi dunia pendidikan tinggi umumnya dan Universitas Widyatama khususnya yang kami luncurkan menyongsong ulang tahun majalah Komunita yang kesepuluh.

Riset dan inovasi adalah wujud dari sifat-sifat universal kecerdasan manusia dalam menghadapi tantangan alam dan ekosistemnya. Karena itu, riset dan inovasi seyogyanya melekat dalam diri manusia. Namun, perlu dirawat dan dikembangkan agar menjadi terlena, sehingga kita bukan sekedar sebagai pengguna riset dan inovasi yang sudah ada. Apalagi perguruan tinggi sesungguhnya harus menjadi salah satu pusaran riset dan inovasi yang dapat diandalkan sebagai hasil buah pikir dan kreasi para cendekia kampus.

Sains Populer Komunita hadir untuk memberi ruang lebih kepada dosen dan mahasiswa selaku cendekia kampus dalam menguatkan, meliterasi, serta membagi ilmu pengetahuan dan teknologi berlandaskan etika akademik dan kecendekiaan bagi kemaslahatan kita bersama.

Semoga kehadiran kami majalah Komunita, dan Sains Populer Komunita semakin bermanfaat serta mengembangkan cara pandang positif kita tentang keilmuan, kecendekiaan, serta keliterasian. Vivat Widyatama, Vivat Civitas Academica, Vivat Indonesia dan Nusantara tercinta. (lee)