Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia adalah gempa. Berdasarkan data gempa yang dikeluarkan oleh direktorat geologi, dalam kurun waktu tahun 2012 sampai September tahun2019 terjadi gempa sebanyak 4506 kali dengan kisaran magnitudo antara 2.1 sampai 7.7.
Berdasarkan data dari badan geologi Kementrian Energi dan sumber daya mineral, Bandung merupakan salah satu daerah yang sangat berpotensi terjadigempa. Khusus untuk daerah Bandung dan sekitarnya ancaman bencana akibat gempa bisa diperburuk dengan adanya patahan yang berarah barat timur di bagian utaraBandung yang terkenal dengan sebutan Patahan Lembang, yang mana berpotensi menumbulkan gempa dengan magnitude 6 sampai 8. Para ahli menyatakan bahwa Patahan atau Patahan Lembang dilaporkan terus bergerak aktif dengan rata-rata pergerakan mencapai empat milimeter per tahun
Kesadaran warga Kota Bandung dan sekitarnya akan ancaman gempa Patahan Lembang masih minim, karena belum ada pengalaman gempa yang merusak. Masyarakat diharapkan memiliki kapasitas yang memadai untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana serta tanggap dan sadar bahwa mereka tinggal di daerah rawan bencana. Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan respons terhadap bencana. Faktor yang berperan dalam kesiapsiagaan bencana adalah Masyarakat dan pihak pengambil keputusan. Masyarakat memiliki Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude), dan Perilaku (Behaviour) untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah bagian yang integral dari pembangunan berkelanjutan.
Menurut pernyataan Analis Mitigasi Bencana Seksi Pencegahan danKesiapsiagaan BPBDCimahi,Kota Cimahi, termasuk ke dalam zona merah bencana PatahanLembang. Dilihat dari Rencana Kontijensi Gempa Bumi Kota Cimahi ada tiga wilayahmemiliki jarak 3 kilometer dari garis Patahanyakni Citeureup, Cipageran danCihanjuang,” Cipageran merupakan daerah yang terlewati oleh jalurPatahan Lembang
Fenomena ini menjadi dasar bagi dosen dan mahasiswa Teknik Mesin Universitas Widyatama untuk melakukan inovasi agar dapat membantu masyarakat di Kecamatan Cipageran dapat mengetahui dasar-dasar mitigasi bencana gempa yang didukung oleh produk inovasi berupa sensor gempa. Tentu alat sensor gempa ini yang bisa diketahui dengan cepat oleh warga sehingga membuat mereka bisa melakukan mitigasi resiko dengan cepat.
Hal ini diawali dengan kegiatan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat oleh tim dosen dan mahasiswa Teknik Mesin Universitas Widyatama (UTama) Bandung yang dipimpin oleh Udin Komarudin, Ir., MT yang juga kaprodi Teknik Mesin UTama dengan judul Membuat dan Penerapan Alat Deteksi Gempa Di Kampung Cipageran RT.06, RW.24, Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.
Dengan melakukan penelitian selama 2 bulan, didapatkan SeGUT D-001, alat sensor gempa yang memiliki nilai inovasi yaitu novelty atau kebaruan berupa alat ini mudah dibuat, murah, serta bahan-bahan yang digunakan banyak terdapat di pasar.
Mekanisme sensor gempa SeGUT dengan menggunakan Ayunan Bandul. Secara sederhana ketika terjadi gempa, pada 4 skala richter, bandul akan berayun, sehingga sensor akan memberikan sinyal kepada modul suara dan berbunyi.
Dengan hasil inovasi ini dapat membantu warga Kecamatan Cipageran Kota Cimahi dalam hal mitigasi resiko bencana gempa dengan dukungan sensor gempa bumi dan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dan pihak lain untuk membantu masyarakat sebagai early warning ketika terjadi gempa.
Inovasi Segut ini juga sudah di presentasikan dalam International Conference, InnoSTRE2020, MARA University-Malaysia, 2020 dengan judul Earthquake Detection Named SeGUT D-001.
Segut ini terus dikembangkan dan diharapkan dapat kerjasama dengan berbagai pihak untuk menjadi bagian dari early warning system ketika terjadi gempa dan dapat melakukan mitigasi resiko terhadap akibat bencana gempa.